Kata istighâtsah berasal dan kata kerja lampau (Fi’il Madhi) غَاثَ,
kata kerja sekarang/yang akan datang (Fiil mudhari’)يَغِثُ , asal kata (Masdar)
غَيْثَا
yang artinya adalah “hujan” seperti digunakan Allah Swt dalam al-Qur ân
surah Yusuf [12]: 49, “Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya
manusia diberi hujan yang cukup dan di masa itu mereka memeras anggur”.
Di dalam al-Qur ân surah Luqman [31]: 34, Allah berfirman, “Sesungguhnya
hanya Allah, yang mengetahui ilmu tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan terjadi besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat rnengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal yang batin serta yang dohir (Maha
Mengenal).“
Dalam surah al-Hadîd [57]: 20, Allah Swt. memberikan perumpamaan
terhadap ayat ini, “Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkankan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur.”