Rabu, 29 April 2020

ISTIGHATSAH MENYINGKAP RUANG-RUANG SPIRITUAL


Kata istighâtsah berasal dan kata kerja lampau (Fi’il Madhi) غَاثَ, kata kerja sekarang/yang akan datang (Fiil mudhari’)يَغِثُ , asal kata (Masdar) غَيْثَا yang artinya adalah “hujan” seperti digunakan Allah Swt dalam al-Qur ân surah Yusuf [12]: 49, “Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan yang cukup dan di masa itu mereka memeras anggur”.

Di dalam al-Qur ân surah Luqman [31]: 34, Allah berfirman, “Sesungguhnya hanya Allah, yang mengetahui ilmu tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan terjadi besok. Dan tiada seorang pun yang dapat rnengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal yang batin serta yang dohir (Maha Mengenal).“

Dalam surah al-Hadîd [57]: 20, Allah Swt. memberikan perumpamaan terhadap ayat ini, “Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkankan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.


Istighâtsah digunakan oleh Allah Swt. dalam surah Al-Anfâl [8]: 9, berkaitan dengan Perang Badar, “Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguh-nya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Kalau kita kumpulkan kamus al-Qur ân, dan al-Hadits maka sinonim dan penggunaan, kata istighâtsah itu artinya meliputi,
a.    Permohonan agar diberi hujan.
b.    Permohonan agar diberi air.
c.    Permohonan agar diberi cahaya.
d.    Permohonan agar diberi rahmat.
e.    Permohonan agar diberi pertolongan.
f.     Permohonan agar diberi rezeki.
g.    Permohonan agar diberi kemenangan.
h.    Sinonim dengan doa permohonan atau isti‘ânah.
i.     Sinonim dengan isti’âdzah (permohonan perlindungan).

Kata استغاثة (istighâtsah) ini sudah digunakan oleh Nabi-nabi sebelum Muhammad Saww diantaranya :
a.    Nabi Zakaria ‘a.s. ketika bertanding dengan 12 orang murid-muridnya, siapa yang akan memelihara Maryam, maka mereka sepakat ke sungai Yordan, siapa yang penanya melawan arus dialah yang memelihara Manyam. Seluruh pena murid-muridnya yang 12 orang itu hanyut semua, tetapi pena Nabi Zakariya melawan arus. Apa resepnya? Resepnya doa:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ
Ya Allah yang Maha Hidup dan Bendiri sendiri, dengan “rahmat-Mu aku meminta.” (lihat Tafsir Mizan).

b.    Ketika Nabi Sulaiman ‘a.s. memerintahkan kepada Jin dan Manusia agar memindahkan istana Ratu Balqis dari San’a (Yaman) ke Madnah al-Khalil / Hebron maka Ashaf bin Bakhraya Wazir Nabi Sulaiman ‘a.s. seorang Ahli Kitab memindahkan istana Ratu Balqis sekejap mata saja. Apa yang diamalkan oleh Ashaf? Beliau beristighâtsah dengan doa:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ

c.    Diriwayatkan pula bahwa Nabi Isa ‘a.s. kalau akan mengobati orang atau menghidupkan orang mati, beliau menggunakan air dan beristighâtsah:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ
d.    Istighâtsah Rasulullah Saww setiap menghadapi peperangan terutama perang Badar Rasulullah Saww beristighâtsah dengan doa:
يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ

Di dalam khazanah Islam macam-macam doa meliputi: isti’ânah, istighâtsah, juga munajat, serta hizib-hizib yang artinya meminta keselamatan kepada Allah Swt pada amalan ahli hikmah yaitu:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَاكَرَّبَهُ اَمْرٌ قَالَ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ
Adalah Nabi Saww apabila menghadapi kesulitan suka berdoa: Ya Allah yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri rahmat-Mu yang aku harapkan yang aku minta“ (Hr. Tirmizi dari  Anas r.’a.)

Dalam riwayat lain:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلىَ نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ .

Ya Hayyu ya Qayyum, tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau, rahmat-Mu yang aku minta, salehkanlah keadaan saya seluruhnya, dan jangan biarkan aku lepas dari penjagaan-Mu segejap matapun juga”.

Doa-doa atau istighâtsah dalam buku ini diambil dari al-Qur ân dan al-Sunnah Rasulullah Saww. Doa-doa dalam buku ini dapat digunakan sendiri atau berjamaah.
Berdoa sendiri-sendiri tidak ada ikhtilaf (perbedaan pendapat), tetapi berdoa berjamaah (bersama-sama) di bawah seorang Imam, ada yang menyanggahnya.
Tetapi jika kita mendalami al-Qur ân dan Hadis-hadis Nabi, kita akan menemukan banyak dalil yang mengungkap keutamaan zikir berjamaah atau doa berjamaah. Dalilnya sangat banyak  sekali diantaranya:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول : لا يَجْتَمِعُ مَلَأٌ فَيَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ اِلِّا اَجَابَهُمُ اللهُ.
Tidaklah berkumpul satu kelompok terus sebagian mereka berdoa dan mengaminkan sebagian diantara mereka niscaya Allah akan mengijabah doa mereka. (HR. Hakim dan Baihaqi, dari Habib bin Salmah Al Fahri r.’a.)

Ada hadis yang populer yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud dari Abi Hurairah r.’a.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلم قَالَ مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ  فِيْمَا بَيْنَهُمْ اِلا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَخَفَّتْهُمُ الْمَلائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ.
Dari Abu Hurairah r.’a. berkata: Rasulullah. Saww bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah, kemudian mereka membaca al- Qur ân dan saling rnempelajarinya satu sama lain, melainkan diturunkan sakinah (ketentraman) atas mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat rahmat mengelilingi mereka, dan Allah Swt menyebut-­nyebut mereka di depan majelis malaikat.” (Hr. Muslim dan Abu Daud)

Oleh karena itu maka berkumpul melaksanakan istighâtsah adalah sunnah Nabi yang sangat dianjurkan. Doa-doa istighâtsah ini murni semata-mata memohon rahmat, pertolongan, cahaya, rezeki, ampunan dan maghfirah dari Allah Swt, tidak ada hubungannya dengan politik partai atau golongan. Mudah­-mudahan doa yang ikhlas ini di ijabah oleh Allah Swt.


Ukuran : 10,5 x 14,5 cm.
Tebal : 176 hal.
Harga : Rp. 25.000,-

Pemesanan : Haitami – 0813 12322631


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Pages

Most Trending