Mengungkap sejarah kehidupan manusia, tidak lepas dari kejayaan
dan kehancuran, kebangkitan dan keterpurukan. Hal ini erat hubungannya dengan
kehidupan individu, keluarga, masyarakat, suku atau kabilah, kota atau bangsa.
Sejarah dan falsafah sejarah banyak mengungkap tabir kegelapan masa lalu,
sehingga kita mendapatkan banyak pelajaran yang bernilai tinggi untuk menatap
masa depan yang cemerlang.
Itulah sebabnya maka Muhammad ‘Abduh dalam Tafsir Al Manar,
ketika menafsirkan kata taqwa pada Qs. al-A’raf [7]: 128, ialah orang
yang mengetahui sebab-sebab kemajuan bangsa-bangsa dahulu, kemudian dia
menerapkan sebab-sebab kemajuan itu disesuaikan situasi dan kondisi, dan
mengetahui sebab-sebab kemunduran dan kehancuran bangsa-bangsa dahulu kemudian
dia menghindarinya dan menjauhkannya dari masyarakat dan bangsanya.
Firman Allah tersebut di atas artinya:
“Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini milik Allah; diwariskan-Nya
kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan kesudahannya yang
baik adalah diwarisi oleh orang-orang yang bertakwa."
Ungkapan kitab suci
al-Quran ini sangat dalam, membutuhkan ilmu yang tinggi dan pengamatan yang
mendalam terhadap masa lampau. Tetapi mengungkap sejarah saja, membutuhkan
kejelian, karena sejarah banyak direkayasa oleh penguasa-penguasa zalim untuk
kepentingan rezimnya. Maka untuk menghindari kekeliruan ini, buku sejarah yang
paling autentik ialah Kitab-Kitab Suci, terutama al-Quran.
Bahkan ada ahli sejarah dan ahli tafsir yang mengungkapkan bahwa
¾ al-Quran adalah sejarah, dan justru disinilah kemukjizatannya karena Nabi
saww tidak pernah kuliah di Fakultas Satra Jurusan Sejarah, tetapi dapat
mengungkap kejayaan dan kehancuran bangsa-bangsa dahulu. Tersirat dapat kita
melihat kejayaan dan kebesaran Kerajaan Parsi, Kerajaan Rumawi, Kerajaan Mesir
dibawah 35 Raja-Raja Fir’aun, Kerajaan Saba, Kaum ‘Ad, Kaum Tsamud, Ashhab
Hijr, Ashhab al-Ukhdud, Ashhab Tubba’, dan lain-lain, dan Kenapa mereka
dihancurkan oleh Allah? Adakah bencana yang menimpa mereka erat hubungannya dengan
moral dan akhlak bangsa-bangsa itu?
Buku ini adalah ungkapan
al-Quran mengenai peristiwa masa lalu, sebagai cermin besar yang dipertontonkan
oleh Allah kepada ummat Muhammad, karena kehadiran Muhammad dipentas sejarah
adalah “Rahmatan lil ‘Âlamîn“ Qs. al-Anbiya [21]: 107.
Ungkapannya bermula dari ayat al Quran, terus menelusuri tafsirnya
dengan metoda muqaranah, yaitu melihat pandangan para mufassir dari
tafsir-tafsir al-Quran (Perbandingan), kemudian kami gunakan pula metoda al-Jam’
yaitu mencantumkan perbedaan pandangan para ahli-ahli tafsir dengan
menyatukannya sehingga kita berwawasan luas terhadap ayat-ayat tersebut, tidak
terpaku pada satu pengertian dan faham saja.
Menghubungkan sebab-sebab kehancuran ummat-ummat dahulu dengan
situasi dan kondisi saat ini, kami serahkan kepada para pembaca, karena kami
hanya mengungkap tafsir ayat-ayat al Quran, dan tergantung intelektualitas kita
untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita saat ini. Al-Quran adalah ilmu
yang wajib kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka kewajiban kita
semua yang beriman kepada al-Quran untuk menyebarkannya dan mengamalkannya, baik
menghindari sebab-sebab kehancuran bangsa-bangsa dengan nahi munkar (social
control), atau mengaplikasikan sebab kemajuan bangsa-bangsa dengan amar ma’ruf
(social support). Semua ini hanya bisa dikerjakan dengan kerja sama (jama’ah),
bantu-membantu (ta’âwun), serta tanggung jawab bersama (takâfulul ’ijtimâ’iyah).
Ukuran : 10,5 x 14,5
cm. (Edisi Fotocopy)
Tebal : 220 hal.
Harga : Rp. 65.000,-
Untuk pemesanan hubungi: Abi Tami, HP. 081312322631,
08164203928, WA. 081312322631.
Duh bawa2 jurusan sejarah fakultas
BalasHapusSastra segala