Senin, 07 November 2016

PILIHANKU: JALAN LURUS MENUJU MAKRIFULLAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURÂN DAN AL-HADÎTS


Buku ini saya susun setelah beberapa tahun menyampaikan Paket-Paket Perbandingan Mazhab Fikhi, jamaah banyak bertanya-tanya, baik langsung maupun lewat SMS atau dialog-dialog lewat RRI dan Kulliah Makrifatullah lewat TV, pak Kiyai itu pilihan mazhabnya apa? Apakah Kiyai itu Syiah, Sunni atau Khawarij atau ‘Ibadiyah? Apakah Kiyai itu pengikut mazhab Ja’far al-Shâdiq, pengikut mazhab Abu Hanifah, pengikut mazhab Imam Malik, pengikut mazhab Syafi’i atau pengikut mazhab Imam Ahmad bin Hanbal? Atau tanpa mazhab, atau mazhab Ukhuwah?

Sebagai Muballigh, yang sering dikaitkan dengan nama Ulama atau Kiyai karena memimpin Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren, bukan saja di Bandung, tetapi juga di beberapa daerah di Indonesia, maka fitnah sangat banyak sekali datang bertubi-tubi tidak henti-hentinya, lebih-lebih ketika menjadi anggota DPR RI 1999 s/d 2004, dan mampu membangun Pondok Pesantren di Aceh, Nias, Solok Selatan, Parung Kuda Sukabumi, Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan dan di Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara.


Fitnah yang disebarkan oleh orang-orang tertentu macam-macam, mulai dari “Ingkar Sunnah,” “Dukun,” karena kita kembangkan “Thibbu al-Nabawi,” dan paling gencar ialah fitnah “Syiah,” demikian juga disebarkan sebagai “Antek-Antek JIL” dan sebagainya. Fitnah yang bertubi-tubi ini mendorong saya lebih taqarrub kepada Allah Swt, dan menikmatinya sebagai sunnatullah, pendidikan dari Allah Swt karena ulama-ulama dahulu seperti Imam Ja’far al-Shâdiq, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hanbal, serta Imam Gazali dan Abdul Qadir al-Jilani juga mengalami fitnah yang bertubi-tubi, bahkan Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal dipenjara. Dan kadang-kadang merasa bangga kalau ingat pesan ayah:

Kalau kamu tinggal atau dakwah di satu daerah sudah dua tahun tetapi tidak ada fitnah, maka tinggalkan tempat itu, karena kamu gagal dan tidak sukses. Tetapi setelah dua tahun, fitnah datang bertubi-tubi maka teruskan perjuangan kamu, berarti kamu sukses, sehingga banyak teman-teman kamu yang iri hati dan dengki.



Buku ini akan menunjukkan siapakah Muchtar Adam itu? Tulisan ini saya persembahkan kepada ummat untuk menilainya sebagaimana firman Allah Swt surah al-Taubah [9]: 105 yang artinya: (buka mushhaf).



Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.



Silahkan kaum muslimin menilai, terutama kepada para ulama, apakah saya Sunni, Syiah atau Khawarij? Yang jelas dan tegas, saya bukan Sunni, saya bukan Syiah dan bukan Khawarij. Saya bukan Ja’fariyah, bukan juga Hanafiyah, bukan Malikiyah, bukan Syafi’iyah dan bukan pula Hanbaliyah, tetapi saya seorang Muslim, sebagaimana sering saya bersumpah dalam shalat yang merujuk ke surah al-An’âm [6]: 162-163,

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam - Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah."



Dan firman Allah Swt surah Âli Imrân [3]: 102 yang artinya: (buka mushhaf).

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.



Surah al-Naml [27]: 91 yang artinya: (buka mushhaf).

Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini yaitu Mekah yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.



Saya belum menemukan satu ayat pun yang menyatakan wajib kamu jadi Sunni atau Syiah, kecuali perintah Allah agar menjadi muslim, sebagaimana diungkapkan pada ayat diatas, dan banyak lagi ayat yang lain.

Sedang setiap muslim pastilah seorang mukmin, dan Allah Swt menegaskan pada surah al-Hujurât [49]: 10 yang artinya: (buka mushhaf).

Sesungguhnya orang-orang beriman bersaudara, sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.



Sehingga seorang muslim akan senantiasa menjaga silaturrahim sesama muslim, tanpa melihat suku, bangsa dan mazhabnya, sebagaimana kita berada di Masjid al-Haram. Disana Sunni, Syiah, Ibadiyah (Khawarij) sama-sama haji dan umrah, shalat berjamaah, tidak saling mengkafirkan dan menganggap sesat satu dengan yang lain. Alangkah indahnya akhlak seorang muslim itu.



Buku “Pilihanku” ini ditulis bukan bermaksud agar jamaah taklid pada pilihanku ini, walaupun dalam “Seminar Nasional Dinamika Pemikiran KH. Drs. Muchtar Adam dari Sektarian ke Plural” yang lalu ada ungkapan semacam itu, yang menunjukkan sudah memenuhi syarat-syarat, tetapi buku ini semata-mata agar jamaah memahami mana pilihanku agar memahami hakikat Muchtar Adam itu, karena saya bertanggung-jawab kepada Allah Swt dan ummat.



Ukuran                :    14,5 x 21 cm.

Tebal                    :    xviii + 132 hal.

Harga                   :    Rp. 30.000,-



Untuk pemesanan hubungi: Abi Tami, HP. 081312322631, 08164203928, WA. 081312322631




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Pages

Most Trending