Buku ini saya susun
setelah beberapa tahun menyampaikan Paket-Paket Perbandingan Mazhab Fikhi,
jamaah banyak bertanya-tanya, baik langsung maupun lewat SMS atau dialog-dialog
lewat RRI dan Kulliah Makrifatullah lewat TV, pak Kiyai itu pilihan mazhabnya
apa? Apakah Kiyai itu Syiah, Sunni atau Khawarij atau ‘Ibadiyah? Apakah Kiyai
itu pengikut mazhab Ja’far al-Shâdiq, pengikut mazhab Abu Hanifah, pengikut
mazhab Imam Malik, pengikut mazhab Syafi’i atau pengikut mazhab Imam Ahmad bin
Hanbal? Atau tanpa mazhab, atau mazhab Ukhuwah?
Sebagai Muballigh,
yang sering dikaitkan dengan nama Ulama atau Kiyai karena memimpin Lembaga
Pendidikan Pondok Pesantren, bukan saja di Bandung, tetapi juga di beberapa
daerah di Indonesia, maka fitnah sangat banyak sekali datang bertubi-tubi tidak
henti-hentinya, lebih-lebih ketika menjadi anggota DPR RI 1999 s/d 2004, dan
mampu membangun Pondok Pesantren di Aceh, Nias, Solok Selatan, Parung Kuda
Sukabumi, Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan dan di Kabupaten
Wakatobi Sulawesi Tenggara.
Fitnah yang disebarkan oleh orang-orang tertentu macam-macam,
mulai dari “Ingkar Sunnah,” “Dukun,” karena kita kembangkan “Thibbu
al-Nabawi,” dan paling gencar ialah fitnah “Syiah,” demikian juga
disebarkan sebagai “Antek-Antek JIL” dan sebagainya. Fitnah yang
bertubi-tubi ini mendorong saya lebih taqarrub kepada Allah Swt, dan
menikmatinya sebagai sunnatullah, pendidikan dari Allah Swt karena ulama-ulama
dahulu seperti Imam Ja’far al-Shâdiq, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Ahmad
bin Hanbal, serta Imam Gazali dan Abdul Qadir al-Jilani juga mengalami fitnah
yang bertubi-tubi, bahkan Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal dipenjara.
Dan kadang-kadang merasa bangga kalau ingat pesan ayah:
”Kalau kamu tinggal atau dakwah di satu daerah sudah dua
tahun tetapi tidak ada fitnah, maka tinggalkan tempat itu, karena kamu gagal
dan tidak sukses. Tetapi setelah dua tahun, fitnah datang bertubi-tubi maka
teruskan perjuangan kamu, berarti kamu sukses, sehingga banyak teman-teman kamu
yang iri hati dan dengki.”
Buku ini akan menunjukkan siapakah Muchtar Adam itu? Tulisan ini
saya persembahkan kepada ummat untuk menilainya sebagaimana firman Allah Swt
surah al-Taubah [9]: 105 yang artinya: (buka mushhaf).
“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Silahkan kaum muslimin menilai, terutama kepada para ulama, apakah
saya Sunni, Syiah atau Khawarij? Yang jelas dan tegas, saya bukan Sunni, saya
bukan Syiah dan bukan Khawarij. Saya bukan Ja’fariyah, bukan juga Hanafiyah,
bukan Malikiyah, bukan Syafi’iyah dan bukan pula Hanbaliyah, tetapi saya
seorang Muslim, sebagaimana sering saya bersumpah dalam shalat yang merujuk ke
surah al-An’âm [6]: 162-163,
“Katakanlah:
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam - Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah."
Dan firman Allah Swt surah Âli Imrân [3]: 102 yang artinya:
(buka mushhaf).
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.”
Surah al-Naml [27]: 91 yang artinya: (buka mushhaf).
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini
yaitu Mekah yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu,
dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Saya belum menemukan satu ayat pun yang menyatakan wajib kamu
jadi Sunni atau Syiah, kecuali perintah Allah agar menjadi muslim, sebagaimana
diungkapkan pada ayat diatas, dan banyak lagi ayat yang lain.
Sedang setiap muslim pastilah seorang mukmin, dan Allah Swt
menegaskan pada surah al-Hujurât [49]: 10 yang artinya: (buka mushhaf).
“Sesungguhnya orang-orang beriman bersaudara, sebab itu
perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.”
Sehingga seorang muslim akan senantiasa menjaga silaturrahim
sesama muslim, tanpa melihat suku, bangsa dan mazhabnya, sebagaimana kita
berada di Masjid al-Haram. Disana Sunni, Syiah, Ibadiyah (Khawarij) sama-sama
haji dan umrah, shalat berjamaah, tidak saling mengkafirkan dan menganggap
sesat satu dengan yang lain. Alangkah indahnya akhlak seorang muslim itu.
Buku “Pilihanku” ini ditulis bukan bermaksud agar jamaah
taklid pada pilihanku ini, walaupun dalam “Seminar Nasional Dinamika
Pemikiran KH. Drs. Muchtar Adam dari Sektarian ke Plural” yang lalu ada
ungkapan semacam itu, yang menunjukkan sudah memenuhi syarat-syarat, tetapi
buku ini semata-mata agar jamaah memahami mana pilihanku agar memahami hakikat
Muchtar Adam itu, karena saya bertanggung-jawab kepada Allah Swt dan ummat.
Ukuran : 14,5 x 21
cm.
Tebal : xviii +
132 hal.
Harga : Rp.
30.000,-
Untuk pemesanan hubungi: Abi Tami, HP. 081312322631,
08164203928, WA. 081312322631
Tidak ada komentar:
Posting Komentar